Adalah detik-detik terlahirnya seorang bayi, dimana
bayi itu belum mengenal dunia ini. Dunia yang penuh dengan Kekejaman
dan Penindasan.... dunia yang penuh dengan Aib dan Dosa...dunia yang
penuh dengan Nista.... dunia yang Fana.... Siapakah Bayi itu...??? Bayi
itu adalah “ SUKRI ABDULLAH”.
Sukri
Abdullah adalah nama lengkap aku. Aklu biasa dipanggil asukri/suk_ oleh
orang tua/keluarga dan teman-teman aku. Aku dilahirkan disebuah Desa
yang jauh dari pesisir pantai, yaitu Bale Kecamatan Oba, Kabupaten
Halmahera Tengah (Halteng) propinsi Maluku Utara. Aku adalah anak ke VI
dari VI bersaudara, dari pasangan ayah: Abdullah Usman (ABRI 732) dan
Ibu: Rahia Abd Gani (IRT). Namun ayahku telah dipanggil oleh Sang
Pencipta (almarhum) sejak aku berusia 11 bulan. Jadi sampai sekarang
aku tidak pernah melihat wajahnya, dan tidah pernah merasakan kasih
sayang seorang AYAH. “Kepada siapakah akan kupanggil Ayah dalam hidup
ini...????”.
Aku dilahirkan dalam keluarga
yang sederhana yang serba dengan kecukupan, tapi penuh dengan kasih
sayang. Namun aku sangat berterina kasih dan bangga kepada Ibuku
tercinta. Karena telah mendidik dan m,embesarkan kami anak-anaknya
dengan penuh kesabaran, keikhlasan, penuh dengan hambatan dan tantangan
serta kasih sayang, apalagi tanpa didampingi oleh seorang Ayah. Dan
walaupun kehidupanku penuh dengan kecukupan, namun aku masih bisa
setara dengan teman-teman yang lain yang memiliki keluarga yang
lengkap, khususnya dalam dalam dunia pendidikan sampai sekarang ini.
“....IBU ADALAH AYAHKU....” Karena Beliaulah Ayah dalam hidupku.
Aku adalah anak yang pendiam dan sangat pemalu, pokoknya selalu tidak
percaya diri jika dihadapan orang banyak. Tetapi setelah SMA aku mulai
menjadi anak yang periang dan suka membuat teman-teman tertawa dengan
berbagai sifat konyol dan unik ku. Waktu kecil aku suka mandi-mandi dan
waktu SMA pernah mengikuti PASKIBRAKA sebanyak dua kali sebagai
Pengibar Bendera. Itulah kenangan yang tak pernah kulupakan.
Didusun Bale merupakan tempat tinggalku dari kecil hingga SMA. Didesa
itulah aku menghabiskan waktu kecilku bersama orang tua dan keluarga
serta teman-temanku. Meskipun pada masa kecil aku selalu membuat kesal
dan menyusahkan orang tua, karena terkadang timbul keinginan yang
aneh-aneh dalam diriku dan harus segera dipenuhi oleh orang tuaku. Tapi
ada satu sifat aku yang paling jelek, kata orang-orang Bale “Cengeng”
itulah aku waktu kecilku.Tapi syukurlah sifat jelek ini tidak
berlangsung lama teriring dengan waktu dan bertambahnya uswia yang
membuat aku menjadi dewasa.
Pada usia 6 tahun,
aku menginjakkan kaki di bangku Sekolah Dasar (SD), yakni SD Inpres
Bale, setelah lulus, aku melanjutkan di SLTP yaitu MTs.S Nurul Jihad
Aketalaga. Sedangkan SMAnya di Madrasah Aliyah Nurul Jihad Aketalaga
juga. Namun setelah kelas III, aku pi9ndah ke sekolah Madrasah Aliyah
Mareku, Tidore dan lulus pada tahun 2007 dengan nilai yang sangat
memuaskan. Setelah itu, aku berhijrah ke Makassar dan sempat mengikuti
Ujian Masuk Bersama (UMB) di UNHAS, namun tidak berhasil, aku mengikuti
lagi SPMB di Unhas, namun lagi-lagi gagal lagi. Meskipun demikian, aku
tidak kecewa karena aku berfikir bahwa manusia hanya berusaha
sedangkan Allah-lah yang menentukannya. Aku tidak pernah membayangkan
untuk kuliah dijurusan Farmasi terutama di STIFA Makassar. Karena waktu
kecil aku bercita-cita menjadi seorang dokter atau Guru. Tapi Allah
telah menentukan jalan hidupku untuk kuliah di STIFA Makassar. Di
STIFA, aku sering menemui-menemui kesulitan-kesulitan dalam menjalani
hari-hariku di Farmasiku, tapi syukurlah ada keluarga dan teman-teman
yang sangat peduli dan setia memberikan semangat serta dukungan yang
luar biasa agar aku tetap manjalani hari-hari selama menempuh
pendidikan di Farmasi yang setiap malam harus begadang mengerjakan
laporan dan tugas-tugas lainnya, hari liburpun tidsak berlaku bagiku.
Hari-hariku seperti terenggut oleh laporan dan tugas-tugas yang tak
kunjung usai. Keluarga terutama Ibuku juga teman-teman yang selalu
membantuku untuk tegar dan tetap tersenyum walaupun hidup ini terasa
berat.
Awal yang sulit sangat melelahkan,
menjadi mudah adalah impian. Tetapi aku yakin kesulitan sangat berarti
karena kemudahan tak akan selamanya bermakna. Kesabaran dan keikhlasan
sangat dibutuhkan dalam Farmasi, meskipun kadang sulit dan membuat
goyah, tapi aku tetap semangat walau teman-teman seperjuangan satu per
satu menghilang, sehingga samp[ai sekarang ini aku tetap bertahan. Ini
adalah garis hidup yang harus kujalani. Hidup adalah pilihan dan aku
telah memilihnya sendiri. Maka yang harus kuat menjalani adalah diriku
sendiri. Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Aku berharap semoga di STIFA Makassar ini aku dapat menggapai
cita-citaku dimana harapanku dari kecil adalah “ Ingin merubah hidup
dan kehidupan yang bermanfaat bagi aku dan bermanfaat bagi orang lain
“.
Bait-bait yang menjadi penyemangat for me and My friends:
Apakah masih ada waktu esok....??
Apakah masih ada harapan untuk hari esok....??
Apakah kita masih tetap bersama menjalani kehidupan ini....??
Apakah semua orang mampuh bertahan dihari ini dah tak ada lagi hari esok....??
Dan apakah aku dan semua orang bisa bertahan....??
Jawabannya
hanya ada pada diri kita sendiri yang terlalu banyak memuntut pada
diri kita. Dan solusinya juga ada pada diri kita. Kita hidup berarti
kita siap menjalani hidup, baik sekarang, esok maupun yang akan datang.
Apapun rintangan dihari esok semua ada titik penghabisan karena hari
esok pasti berlalu. Biarkan hari-hari berlalu seiring dengan
gemerciknya suara hujan, angin yang tak henti-hentinya bertiup
menghembus hawa-hawa kesejukkan, Debu-debu yang mengotori jalan-jalan
kehidupan, dan cahaya yang selalu setia menerangi didalam kegelapan....
Cuman ada satu harapan yang pasti dalam hatiku:
Semangat, kesabaran, do`a dan kejujuran dalam mengarungi kehidupan in,
..........BADAI PASTI BERLALU.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar